Aku melihat pembatas buku itu masih di hal 145 seperti terakhirkali aku mambaca buku itu. Aku melihat kalimat yang menjadi inspirasi wujud cintaku padanya, "Ambilah apa yang engkau kehendaki dari hatiku, karena aku merasa cukup dengan hati yang tersisia darimu." Tapi kini aku merasa, kalimat itu tak punya arti dan makna lagi. Aku telah kalah.
"Tit……tit…tit…." Kehanyutanku dalam badai keputusasaan dikejutkan oleh suara dering sms dari HP-ku. Dengan sisa-sisa semangatku, aku buka inbox. SMS darinya. "Ada apa? Kenapa dia mengirimkan sms? Apa dia mau mengubah keputusannya? Ah, paling dia mau menambah hancurnaya semua ruang di hatiku!" Pikiranku berkecamuk di antara perasaan terkejut, heran, sedih, dan senang karena mendapat message drinya. Aku buka sms itu, "Hai, apa kabar? Kenapa nggak sms lagi? Tentang hal itu, mungkin belum waktunya."
"Belum waktunya? Apa maksudnya? Apa dia memberiku harapan, kesempatan? Atau hanya untuk menenangkan hatiku saja? Atau hanya untuk mempermainkan hatiku saja? Atau….?" Pikiranku kembali berkecamuk. Tiba-tiba lamat-lamat aku mendengar senandung sebuah lagu. Ya, sebuah lagu Glenn dari suatu ruang di hatiku yang kembali kosong, hampa." Tuhan bila masih ku diberi kesempatan/ izinkan aku untuk mancintainya/ namun bila waktuku telah habis dengannya/ biarkan cinta ini/ hidup untuk sekali ini saja/……..Tanpa kusadari mulutku bergumam, " Sungguh, kau adalah bagian hidupku. Akankah kita dipertemukan kembali oleh-Nya di sebuah perjumpaan di penghujung hidupku?……………..


No comments:
Post a Comment